Wastra atau biasa disebut kain tradisional merupakan salah satu identitas budaya yang harus
dilestarikan, dengan perkembangan mode yang serba cepat sekarang wastra mulai terlupakan, wastra bisa dibilang kalah tanding dengan fast-fashion yang biasanya harga lebih terjangkau, padahal banyak sekali fakta mengejutkan yang mungkin belum diketahui masyarakat terkait industri fast-fashion maupun wastra tradisional Indonesia. Penasaran? Yuk kita cari tahu.
Pengaruh perkembangan fashion di dunia tentunya sangat erat kaitannya dengan lingkungan, mengapa bisa begitu? Karena industri mode merupakan industri penghasil emisi gas rumah kaca terbanyak hampir 1,2 miliar ton dan merupakan penyumbang mikroplastik di laut, sehingga dapat dipastikan bahwa industri mode adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan iklim yang terjadi di dunia.
Tetapi dengan perkembangan zaman mulai banyak pekerja mode sadar bahwa pengaruh tersebut sangat penting bagi lingkungan, sehingga mulailah banyak perusahaan atau industri fashion berlomba-lomba menciptakan gerakan Sustainable fashion yaitu gerakan dengan membuat pakaian dari bahan alami sehingga tidak merusak lingkungan. Bahan-bahan pembuatan pakaian mulai diubah lebih organik dan pengerjaannya dengan memanfaatkan tenaga alami.
Jika diperhatikan dan dipahami dari penjelasan diatas, sebenarnya dapat dilihat bahwa ternyata ada korelasi antara cara kerja industri mode sekarang dan cara tradisional seperti dahulu kala, saat teknologi belum maju, saat leluhur kita hanya memanfaatkan hasil alam sebagai bahan pembuatan pakaian dan tenaga alami dalam pengerjaannya. Tentu ini ada kesamaan yaitu proses yang lebih ramah lingkungan. Jadi bisa disebut bahwa sustainable fashion adalah terobosan ide yang tidak terlalu baru karena produksi pakaian dengan cara ramah lingkungan sudah ada sejak dulu.
...................................................
Inilah beberapa contoh wastra Indonesia yang dibuat dan dikerjakan dengan cara yang ramah lingkungan sejak dahulu kala.
1. Pewarnaan alami pada proses pembuatan Kain Tenun Kabupaten Buton
Kain tenun Buton adalah salah satu kain tradisional yang masih mempertahankan penggunaan bahan alami pada proses pembuataan warnanya, oleh karena itu kain tenun ini terkenal dengan corak warna-warni yang khas yang berbeda dari daerah-daerah lain.
Pada pembuatannya sendiri kain tenun ini perlu melalui proses yang memakan waktu hampir berminggu-minggu untuk membuat satu kainnya, mulai dari mencari bahan alami dihutan hingga proses perendaman benang dengan pewarna alami. Bahan alami yang biasa digunakan sebagai pewarna biasanya berasal dari akar nangka untuk warna kuning tua, kuning muda berasal dari akar mangga, coklat dari kayu mahoni dan masih banyak lagi bahan alami lainnya. Karena proses unik inilah kain tenun ini sangat bernilai keindahannya.
2. Pemanfaatan serat daun doyo untuk Kain Tenun Ulap Doyo
Kain Tenun Ulap Doyo merupakan kain khas yang berasal dari Suku Dayak Benuaq. Daun ini merupakan salah satu tumbuhan sejenis pandan yang memiliki serat yang kuat dan banyak ditemukan di wilayah Kalimantan salah satunya di wilayah Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat. Corak dari kain ini sendiri biasanya adalah flora dan fauna yang berada disekitaran Sungai Mahakam atau biasa juga corak legenda rakyat yaitu peperangan antara manusia dan naga.
Kain ini sudah dikerjakan secara turun-temurun dari zaman nenek moyang kita sehingga hampir semua gadis Suku Dayak Benuaq bisa melakukannya karena mereka belajar dengan cara memperhatikan dan memahami sendiri ketika orang tua mereka mengerjakan kain tenun sehari-hari, dengan hal inilah tanpa dilatih gadis di Suku Dayak secara spontan dapat melakukannya.
3. Bahan organik serat nanas sebagai bahan Kain Sulam Maduaro
Kain Maduaro merupakan jenis kain sulam yang berasal dari Kabupaten Tulang Bawang, Lampung. Kain ini berbahan dasar serat nanas yang dikeringkan dan dijadikan benang untuk akhirnya disulam pada kawat tipis secara sederhana.
Untuk pemanfaatannya sendiri kain ini biasanya diinovasi oleh masyarakat kedalam beberapa jenis seperti kain untuk selendang, sarung hingga motif untuk taplak meja.
Inilah beberapa wastra Indonesia yang menggunakan bahan ramah lingkungan, tentunya masih banyak lagi pakaian tradisional lainnya yang tidak kalah indah dan menarik.
Pesan terakhir untuk masyarakat Indonesia yang mungkin mulai sadar akan pentingnya lingkungan, Ayo gunakan wastra tradisional Indonesia selain melestarikan budaya, kita juga bisa menjaga bumi kita!
Hang Dayang Balkis Sani
210104180048 - Manajemen Produksi Media B
SEO & Analytic
_____________
Sumber :
Comments